Kamis, 26 September 2013

Intermeso 43: Wawancara Tape-nya Mati ?

Intermeso 43: Wawancara Tape-nya Mati ?


    Tahun 1994 ada usaha menulis sejarah Darunnajah. Untuk mengumpulkan data dan informasi, diusahakan antara lain mewawancarai beberapa orang pelaku sejarah.
    Saya mendapat tugas wawancara. Surat tugas segera disiapkan.
    Maka dicarilah alat perekam. Untuk mencari tape recorder memang agak susah, toko alat-alat elektronik pada umumnya menjual walkman yang berfungsi untuk memutar lagu saja atau mendengarkan siaran radio, tidak untuk merekam.    
    Dicarilah ke toko  elektronik Harco di Glodok. Di toko di atas jembatan didapatkan bermacam-macam  tape recorder antara lain merk SONY dengan fasilitas VOR, saya tidak tahu apa itu VOR, penjualnya juga tidak tahu.
    Saya pilih VOR karena paling mahal harganya, yang berarti alat perekam paling canggih pada saat itu.
    Sesuai perjanjian, pada hari, tanggal, dan jam yang telah ditentukan, saya mewawancarai salah seorang pengurus Yayasan Darunnajah.
 
Tape recorder sudah saya nyalakan. Sambil bertanya, dan sambil menulis, saya melirik ke tape recorder. Eh, cassette-nya berhenti tidak berputar, alias mati. Padahal tadi di kamar sudah saya coba, bagus, "Hallo, hallo, tes, satu, dua, tiga." Begitu tadi di kamar.
    "Ma'af, Pak, tape-nya mati, pertanyaannya saya ulang, ..." Malu rasanya, pertama wawancara, tape-nya mati.
    Akhirnya, wawancara saya ulang, pelan-pelan, sambil saya tulis. Malam harinya saya ketik, dan besuknya saya minta koreksi dan tanda tangan.
    Kenapa ya? Alat perekam paling canggih kok mati. Tape-nya baru, cassette-nya baru, battery-nya juga baru. Dalam waktu senggang dan sepi, tape recorder saya coba lagi.
    Di situ ada tombol VOR. Jika diaktifkan tape akan merespon suara, jika ada suara tape akan merekam, dan jika sepi rekaman akan mati. VOR singkatan dari voice operated recording, tujuannya untuk menghemat casette.
    Saat ini perusahaan SONY juga memproduksi IC recorder digital yang juga dilengkapi fasilitas VOR, supaya hemat memory. 
    Dalam kurun tahun 1994-1995, saya ditugasi mewawancarai banyak orang. Di antara mereka, 15 orang sudah meninggal, untung wawancara sudah dilakukan. Rekaman dan transkrip masih tersimpan. Semoga bermanfaat. 

Intermeso 42: Khitanan Massal, Peserta Habis

Intermeso 42: Khitanan Massal, Peserta Habis


    Adalah lembaga pendidikan di wilayah Cianjur, lokasinya relatif dekat dengan Darunnajah Learning Center di dekat Taman Bunga maupun di Kota Bunga
    Untuk menyantuni masyarakat sekitar, lembaga mengadakan berbagai kegiatan antara lain sunatan massal.
    Rupanya kegiatan sunatan massal ini sudah dilaksanakan setiap tahun, sehingga mencari anak yang belum disunat nampaknya susah juga. Maka anak-anak yang masih bayi disunat juga.
      Bagi ibu-ibu yang anaknya masih bayi dan disunat, tentu perlu memperhatikan  secara khusus. Maklum, anak bayi belum paham, dia akan merengek dan menangis, dan akan menggaruk yang dirasa sakit. Digendong susah, ditaruh juga menangis.