Intermeso 68: Kenangan Cipining
Darunnajah Cipining bagi saya
adalah kenyataan masa kini dan kenangan masa lalu.
Awal tahun 1990-an, pada saat Pesantren Darunnajah 2 masih baru, Pesantren Darunnajah Jakarta setiap Jumat mengirim Pramuka santri kelas 2 Tarbiyatul Mu’allimin/Mu’allimat Al Islamiyah (TMI). Mereka dikoordinir kakak kelasnya santri kelas 5. Sebagai wali kelasnya saya mendampingi juga.
Kamis siang, sepulang sekolah mereka berangkat menumpang kereta api dari Stasiun Kebayoran Lama, turun di Stasiun Parung Panjang.
Dari Parung Panjang mereka menumpang kendaraan yang ada, sampai di Cipining sudah menjelang Maghrib. Malam hari mereka istirahat, pagi hari melaksanakan kegiatan.
Banyak kegiatan yg dilakukan;
baris-berbaris, wide game, mengunjungi Gua Gudawang bahkan bertanding
sepak bola dg santri setempat.
Setelah Ashar mereka pulang.
Salat Maghrib di Stasiun Parung Panjang, dan kembali menumpang kereta api dan
turun di Stasiun Kebayoran Lama.
Semangat mereka masih tinggi,
dari Kebayoran Lama mereka jalan kaki sampai Darunnajah.
Jumat depannya digilir kelas 2
yang lain.