Intermeso 62: Dari
Ulujami menuju Beijing
Satu lagi, ada yang wajahnya mirip saya. Ini
bukan sekedar cerita anak saya, tetapi cerita tentang seorang alumni
Darunnajah. Betapa tidak, 15 tahun ia belajar di Lembaga Pendidikan Darunnajah,
pantas jika pada acara Haflah Takharruj mendapat predikat santri terlama
belajar di Darunnajah.
Menjelang Lebaran Fitri, ia minta dibelikan tehyan, alat musik tradisional Betawi yg berasal dari Cina. Tentu saja ibunya marah-marah, "Buat apa tehyan?!". Menjelang lebaran mestinya membeli baju baru, kue lebaran, atau mencari tiket mudik.
Setelah saya ajak diskusi panjang-lebar, ternyata ia sudah mendaftar program Sister City Jakarta-Beijing, melalui internet. Sebelumnya memang pernah bertanya, "Korea dan Cina pilih mana, Pak?", saya jawab sekenanya, "Cina!".
"Apa alasan bapak?" Saya jawab, "Uthlubul 'ilma walau bisShin" . Belakangan saya tahu Hadits itu dhaif dari sanad-nya Abu 'Atikah Tharif bin Salman Al-Kufi, atau juga derajat "hasan lighairihi" melalui sanad yg lain.
Ibunya bertanya, "Kenapa tehyan? Bukan biola saja?". Pikir ibunya, biola sudah ada, dan tidak usah beli. Dia jawab, "Saya mau yg unik!".
Memang selain belajar menggesek tehyan, ia belajar tari Betawi, dan juga menghafal "puisi" Cina, yg dicarinya dari youtube.
Saat mengisi data awal juga diusahakan semenarik mungkin, dia mencantumkan seluruh pengalaman dan prestasinya selama belajar di Darunnajah. Ia menulis 111 pengalaman, dari menjadi pengurus OSDN sampai terlibat dalam berbagai kepanitiaan. Ia mencantumkan 22 prestasi di Darunnajah, dari ketua bagian teraktif dan inovatif, kelompok PPM terbaik, sampai musikus terbaik.
12 hari setelah lebaran, ia mengikuti tes selama dua hari yang meliputi tes tulis, wawancara, dan praktik kesenian. Selesai tes hari ke dua, ia diam saja, mentalnya down, katanya ada beberapa pertanyaan yg tidak bisa dijawab, tentang politik luar negeri Cina, perdagangan luar negeri. Selama ini yang ia pelajari hanya tentang Kota Beijing, lupa tidak belajar tentang negara Cina.
Ia juga merasa
paling muda, karena banyak juga yang sedang kuliah di S2. Lebih-lebih jumlah pendaftar yg
melebihi angka 200, sedang yg akan diterima hanya 32 untuk dua kota atau hanya
16 persen.
Dengan perasaan pesimis, sore itu ia pulang, setelah menitip nomor peserta kepada temannya yang rumahnya dekat dg Kantor Disorda.
Besuknya, siang hari, ia mendapat SMS dari temannya, nomernya lulus, alhamdulillah, ia senang sekali, dan langsung sujud syukur.
Malam ini 19 Oktober 2013 pk 20.25 rombongan terbang ke Beijing, dan tanggal 28 akan kembali ke Tanah Air. 16-19 Oktober kemarin masuk karantina di Cibubur.
Malam ini saya mengantar ke Bandara Soekarno Hatta, ketemu alumni Darunnajah tahun 2000, angkatan Ust Tb Safaruddin, namanya Eko Budiman, ia ketua rombongan ke Seul (Korea Selatan), dia cerita kalau Syauqi menjadi Bagian Rohani Islam. "Pantas, alumni Darunnajah", kata Eko. Eko yang alumni Darunnajah itu baru tahu kalau Syauqi juga alumni Darunnajah.
Mohon dido'akan, semoga dimudahkan dan dilancarkan dalam segala urusan. Mendapat ilmu dan pengalaman yang bermanfaat, bukan hanya membawa misi Jakarta dan Indonesia, tetapi juga membawa nama baik Darunnajah.
(bersambung)