Kamis, 06 Februari 2020

Manasik Umroh

Nikmatnya Umroh Keluarga (Dua belas)
Cerita ke-439

Sudah empat hari kami tinggal di Madinah. Perjalanan umroh ke Mekah kami rencanakan besuk siang, malam ini kami mengadakan manasik umroh. 

Meskipun di antara kami hanya satu orang yang belum pernah menunaikan ibadah umroh, manasik sangatlah perlu diadakan, setidaknya untuk penyegaran kembali ingatan kami.

Bagi orang yang mau umroh, mempelajari hukum-hukum ibadah umroh hukumnya fardhu 'ain. Jangan melakukan ibadah, sebelum mengetahui hukum-hukum yang telah ditetapkan (Al Imam Ghozali). 

Anak nomer dua, yang sudah pernah haji dan umroh, menyampaikan manasik, yang lain mendengarkan dan memberi masukan.

Kitab rujukan manasik:  Fiqih Ibadat karya Sayyid Muhammad Amin bin Idrus bin Abdullah, juz 3.

Yang kami bahas antara lain: rukun umroh, wajib umroh, sunnah Umroh, dan larangan umroh.
Ikhtilaf batal wudhu' dan pindah madzhab sementara ketika thowaf, juga kami bahas.

Kami juga praktik memakai kain ihrom; kain dua lembar, selembar sebagai sarung dan selembar lagi sebagai selendang.

Kami istirahat untuk persiapan besok pagi. (Bersambung).

Madinah, 11 Januari 2018

Selasa, 04 Februari 2020

413: Payung Raksasa dan Kubah Bergeser ✓

Payung Raksasa dan Kubah Bergeser
(Cerita 413)

Keistimewaan Masjid Nabawi antara lain halamannya dipenuhi payung raksasa.  Payung-payung itu bisa membuka atau menutup sesuai kebutuhan. Payung-payung itu menjelang Maghrib menutup dan pagi hari membuka jika cuaca sedang panas.

Payung dilengkapi kipas air (kabut), yang akan berfungsi jika cuaca membutuhkan, sehingga sholat di bawah payung tetap terasa nyaman.

Tahun 1980-an, payung raksasa hanya ada dua, di dalam masjid.

Ada seorang ketiduran di dalam masjid, begitu bangun lihat bintang-bintang di langit. Ia bingung, karena merasa di dalam masjid, tetapi kenapa melihat langit. Ternyata ia tertidur di bawah payung raksasa, dan payungnya menutup.

Setelah sholat Isya' dan selesai berdo'a, kami ditunjukkan ada kubah di atas saya sedang bergeser menutup lobangnya.

Kubah bergeser, ba'da Maghrib membuka dan ba'da Isya' menutup kembali secara otomatis, untuk sirkulasi udara.

Kubah yang berdiameter 7,3 meter itu berjumlah 27 buah, sedangkan payung  raksasa berjumlah 235 unit.

Payung raksasa sekarang sudah banyak bermekaran di Indonesia.


409: Berjuang Melawan Kantuk ✓

Berjuang Melawan Kantuk
(Cerita 409)

Bagi jama'ah umroh dari Indonesia yang menunaikan solat Maghrib di Masjid Nabawi, mungkin sudah mulai ngantuk. Apa lagi menunggu waktu Isya' yang tinggal 45 menit lagi, terasa lama karena melawan rasa kantuk.

Solat Isya' pk. 19.17 waktu setempat sama dengan pk. 23.17 di Tanah Air, yang mestinya sudah tidur lelap, apa lagi kondisi baru datang dari jauh dan angkat koper berat.

Sebaliknya, pk 02.00 dini hari, mata tidak mau tidur lagi, karena di Tanah Air sudah jam 06.00 pagi.

Lama-kelamaan jam biologis dapat menyesuaikan dan akan terbiasa dengan keadaan setempat.

Waktu umroh pun habis, dan tiba saatnya kembali ke Tanah Air.

Di Tanah Air terjadi perbedaan waktu lagi yang lebih awal empat jam.

Adzan Shubuh yang dikumandangkan pada 04.29 di Jakarta, hanya sayup-sayup terdengar, karena jam biologis masih menunjukkan pk 00.29 tengah malam.

Untuk ikut jamaah solat Subuh, lagi-lagi harus berjuang melawan kantuk.

Keadaan demikian, orang menyebutnya jet lag. Jet lag adalah perubahan waktu tidur sementara atau merasa lelah dan kebingungan setelah perjalanan panjang dengan melintasi beberapa zona waktu menggunakan pesawat terbang.

Gejala yang umumnya terjadi akibat jet lag adalah gangguan pada pola tidur, rasa selalu mengantuk, dan kelelahan.

456: Kepergian yang Indah

456: Kepergian yang Indah

Malam Jumat, usai sholat Maghrib, kakak kandung saya wafat.

Usai sholat berjamaah dan wiridan, para jama'ah menyandarkan punggungnya ke dinding musholla untuk tahlil. Tetapi kakak masih duduk di tempat semula.

Tak lama kemudian ia terjatuh ke belakang. Putra kandungnya yang duduk tidak jauh, langsung membopongnya dan membawa ke rumah.

Allah telah memanggilnya. Kami merasa kehilangan. Kami sangat mencintai, tetapi Allah lebih mencintainya.

Kakak kandungku ini memang hidup sendiri, suaminya telah meninggal lebih dahulu, anak-anaknya sudah tinggal di rumah sendiri-sendiri.

Hari itu, setelah sholat Asar, ia masih koordinasi mengatur acara do'a hari ke tujuh wafatnya mertuaku.

Mertuaku meninggal malam Jumat seminggu sebelumnya.

Sejak suaminya, yang tokoh kampung, meninggal, kakakku ini memegang kendali kegiatan keagamaan di musholla kampung. Mengatur imam, Bilal tarawih dan seterusnya.

Posisi saya saat itu ada di Jakarta,  menyelesaikan tugas akhir tahun. Saya baru saja dari kampung karena mertuaku wafat.

Saya sempat kaget menerima telpon selepas solat Maghrib dari kakak kandungku.

Anak-anaknya juga kaget, dan tidak percaya atas wafatnya kakakku. Anak yang di Jakarta, baru jamaah sholat Maghrib di musholla komplek, ia mendapat info dari temannya, karena sudah ramai di grup WhatsApp.



396: Terjebak di Raudhoh ✓

Terjebak di Raudhoh
(Cerita 396)

Raudhoh letaknya di samping Makam Nabi.

Pagi itu sebelum adzan pertama, saya sudah bisa masuk Raudhoh, 

Masuk dari pintu depan jelas tidak mungkin karena dijaga tentara. Masuk dari samping juga tidak mungkin, karena sudah ditutup. Yang mungkin dari arah belakang, tetapi sudah padat orang berdiri yang antri berusaha masuk.

Saya berdiri di belakang di samping tiang. Yang penting bisa menginjakkan kaki di atas karpet warna hijau, yang menandakan wilayah Raudhoh. 

Raudhoh adalah tempat dikabulkannya do'a-do'a. Posisi di masjid sebelah kiri di dekat pintu keluar.

Zaman Nabi Muhammad, Roudhoh terletak di antara rumah Nabi dan Masjid.

Sambil berdiri kita bisa berdo'a, do'a-do'a untuk diri sendiri, untuk keluarga, atau do'a-do'a titipan.

Jika ada orang yang keluar, saya bisa bergerak maju, sedikit demi sedikit akhirnya bisa berdiri di barisan paling belakang. Yang penting bisa berdiri meskipun belum bisa untuk melaksanakan solat.

Adzan pertama berkumandang, satu jam sebelum adzan Shubuh, saya sudah mendapat tempat di barisan sholat . Sambil berdiri saya bisa baca Al Quran, yang sudah disiapkan, Al Qur'an kecil di kantong baju

Ketika seorang di barisan saya ada yang keluar, saya bisa duduk dan bisa sholat. "Solat sunnah dua rokaat sebelum Shubuh lebih baik dari dunia dan isinya". Berdo'a dengan duduk lebih khusu'.

Adzan Shubuh berkumandang, sebentar lagi Subuh, kita solat sunnah dulu.

Selesai solat subuh, jamaah yang di Raudhoh bubar, tapi lewat sebelah mana. Sebelah kanan sket sudah dibuka, jamaah menyerbu masuk Raudhoh. Dari belakang juga menyerbu masuk Raudhoh.

Satu-satunya jalan lewat pintu depan di samping mihrab, tetapi mendadak berhenti karena ada solat mayat.

Selesai solat mayat pintu depan ditutup, artinya kita tidak bisa ke mana-mana. Ketika saya tanyakan kepada petugas, jawabnya, "Hatta syuruq", artinya menunggu matahari terbit 50 menit lagi.

Petugas kemudian membagikan mushaf Al Qur'an. Saya ikut mengambil mushaf dan membaca Al Qur'an.

Sebenarnya kita sedang diberi kesempatan untuk lebih lama lagi berdo'a di Raudhoh.

Waktu syuruq tiba, beberapa menit kemudian saya menunaikan solat sunnah Isyroq.

Ruang sebelah kanan dan belakang Raudhoh sudah sepi. Saya terus berjalan sesuai arah sket yang dipasang, menuju bawah Qubah Hijau, keluarga sudah menunggu di sana.

381: Bus Sholawat (dua)

Bus Sholawat (dua)
Intermeso 381

Tahun 1998 di Mekah belum ada bus sholawat, yaitu bus yang disediakan untuk mengangkut jama'ah dari penginapan ke masjid Harom dan sebaliknya.

Yang ada kendaraan umum yang menawarkan jasa angkutan ke masjid.

Di kota Suci Mekah dan Madinah, istilah haram lazim dipakai untuk menyebut Masjid Haram atau Masjid Nabawi.

Menjelang waktu shalat, orang-orang berduyun-duyun pergi ke masjid, mobil umum juga menawarkan jasa angkutan ke masjid dengan teriakan khasnya "Haram!, haram!"

Adalah seorang jama'ah berjalan kaki menuju masjid sambil merokok. Maka lewatlah mobil umum dengan kernetnya teriak-teriak, "Haram!, haram!" sambil tangannya menunjuk ke arah orang itu, maka dibuanglah rokok yang sedang diisap di mulutnya.

Disangkanya "haram" merokok, tahunya ditawari angkutan ke "haram" (masjid).

399: Di Bawah Kubah Hijau (2) ✓

Di Bawah Kubah Hijau (2)
(Cerita ke-399)

Dua minggu sebelum kami berangkat umroh, mertua meninggal. Seminggu kemudian kakak kandung saya juga menghadap yang Maha Kuasa.

Melalui grup WA keluarga besar; kakak, adik, keponakan, dan cucu, membuat grup khataman Quran. Ada yang bertugas membagi dan menawarkan; juz 1: A, juz 2 dan 3, dan seterusnya.

Alhamdulillah ada dua grup, sehingga Al Qur'an 30 juz itu bisa dikhatamkan dua kali.

Kami yang sedang berada di Kota Nabi mendapat amanat untuk membaca do'a Khatmul Quran.

Pagi itu, setelah syuruq, 5 menit setelah matahari terbit, kami sepakat berkumpul di bawah Kubah Hijau.

Dengan menembus dinginnya udara pagi, kami; suami, istri, dan anak-anak; menghadap ke arah makan di bawah Kubah Hijau.

Salah seorang anak kami ada yang memimpin, setelah mengucapkan salam, membaca sholawat kepada Nabi, Abu Bakar, dan Umar; kami khusu' berdo'a.

Kemudian do'a untuk dua almarhumah kami panjatkan. Kami membaca surat-surat terakhir juz 30, dan akhirnya membaca do'a Khatmul Quran. Alhamdulillah, amanat keluarga besar dapat kami laksanakan.

Semoga dua almarhumah (mertua dan kakak) diterima amal shalehnya dan diampuni dosa-dosanya.

Pk 14.30 kami berencana check out dari hotel, menuju Bir Ali dan mengambil miqot umroh.

Madinah, 9 Januari 2018