Intermeso 45: Matahari Tenggelam di Laut Tidore
Maret 2006, tujuh orang guru Darunnajah mendapat undangan mengadiri acara di Tidore. Tuan rumah adalah ketua yayasan yang menyelenggarakan lembaga pendidikan pondok pesantren.Selurruh kegiatan sudah terjadwal, dari acara pernikahan, pelatihan santri, pelatihan guru, sampai tabligh akbar.
Di sela-sela jadwal kegiatan, kami mengunjungi rumah pimpinan pesantren dan juga rumah alumni Darunnajah.
Sore hari menjelang Maghrib, kami mengunjungi rumah alumni, kebetulan tuan rumah tidak ada. Bangunan rumah itu bertingkat, tepat di tepi jalan, menghadap ke laut. Teman pengantar kami mempersilakan saya naik ke lantai dua, bahkan terus ke atapnya yang rata terbuat dari cor semen.
Dari atap rumah, kami dapat memandang ke arah laut, sementara langit yang bewarna jingga dengan siluet masjid Al Bahr. Masjid megah yang menyimpan semangat perjuangan.
Sang surya sedang merah merona, sebentar lagi akan tenggelam di laut barat.
Saat saya memotret pemandangan yang indah itu, saya tidak tahu, di depan kepala saya ada kabel listrik tegangan tinggi, tidak terbungkus.
Saya diingatkan ustadz pengantar, "Awas Ustadz, itu kabel listrik".
Meskipun sudah dipalang kayu, saya tidak melihat, karena asyik memotret.
Untung diingatkan, kalau tidak apa jadinya, tentu akan merepotkan teman-teman