Kamis, 14 November 2013

Intermeso 45: Matahari Tenggelam di Laut Tidore


Intermeso 45: Matahari Tenggelam di Laut Tidore

    Maret 2006, tujuh orang guru Darunnajah mendapat undangan mengadiri acara di Tidore. Tuan rumah adalah ketua yayasan yang menyelenggarakan lembaga pendidikan pondok pesantren.
    Selurruh kegiatan sudah terjadwal, dari acara pernikahan, pelatihan santri, pelatihan guru, sampai tabligh akbar. 
    Di sela-sela jadwal kegiatan, kami mengunjungi rumah pimpinan pesantren dan juga rumah alumni Darunnajah.
    Sore hari menjelang Maghrib, kami mengunjungi rumah alumni, kebetulan tuan rumah tidak ada. Bangunan rumah itu bertingkat, tepat di tepi jalan, menghadap ke laut.  Teman pengantar kami mempersilakan saya naik ke lantai dua, bahkan terus ke atapnya yang rata terbuat dari cor semen.  
    Dari atap rumah, kami dapat memandang ke arah laut, sementara langit yang bewarna jingga dengan siluet masjid Al Bahr. Masjid megah yang menyimpan semangat perjuangan. 
    Sang surya sedang merah merona, sebentar lagi akan tenggelam di laut barat.
    Saat saya memotret pemandangan yang indah itu, saya tidak tahu, di depan kepala saya ada kabel listrik tegangan tinggi, tidak terbungkus.  
    Saya diingatkan ustadz pengantar, "Awas Ustadz, itu kabel listrik". 
    Meskipun sudah dipalang kayu, saya tidak melihat, karena asyik memotret. 
    Untung diingatkan, kalau tidak apa jadinya, tentu akan merepotkan teman-teman

Intermeso 44: Qari Dilarang Menjadi Imam


Intermeso 44: Qari Dilarang Menjadi Imam


    Pada tahun 1960-an di Kaliwungu (Kendal) ada qari yang bagus, suaranya sangat merdu. Jika ia melantunkan ayat-ayat Al Quran, semua yang mendengar terpesona, bahkan  para pendengar secara sepontan dan tidak sadar akan menjawab, "Allaaah....! Allaaah...!"
    Suatu hari sang qari akan menunaikan salat Magrib di
Masjid Agung Al Muttaqin  Kaliwungu, kebetulan imam rawatib-nya berhalangan hadir, maka sang qari didaulat oleh jamaah untuk menjadi imam.
    Terpaksa sang qari maju dan jamaah salat Magrib dimulai.  
    Sejak ayat pertama dilantunkan, jamaah ada yang menjawab, "Allaaah!", ayat kedua yang menjawab lebih banyak lagi, dan seterusnya. Maka jamaah salat Magrib di malam itu banyak disambut teriakan-teriakan "Allah", sehingga sebagian jamaah merasa tidak khusu' dan ada yang meragukan syahnya shalat, maka tidak sedikit di antara jamaah yang mengulang salatnya, baik sendiri-sendiri maupun membuat jama'ah kecil.
    Peristiwa salat Magrib itu sempat dibahas ulama setempat, dan kesimpulannya, qari tersebut dilarang menjadi imam.
    Bagaimana kalau salat Zuhur atau Asar, apakah juga dilarang?.