Kamis, 08 Maret 2018

378: Mengapa Mahasiswa Madinah Berjenggot

Mengapa Mahasiswa Madinah Berjenggot
(Cerita ke-378)

Memelihara jenggot itu sunnah Rasulullah.

Di Universitas Islam Madinah, yang seluruh mahasiswanya laki-laki, memelihara jenggot sangat dianjurkan. Dan bagi mahasiswa, jenggot merupakan kebanggaan.

Tidak jauh dari Masjid Nabawi ada bangunan khusus untuk membagikan zakat atau sodaqoh. Setiap hari Senin di awal bulan Qomariah, setelah sholat subuh mereka mengantri untuk mendapatkan zakat atau sodaqoh.

Mahasiswa yang kampusnya 8 km dari Masjid Nabawi, bisa naik taksi sebelum waktu shubuh.
Selesai sholat Shubuh ribuan mahasiswa mengantri, dan amplop yang berisi uang riyal itu dibagikan satu-persatu.

Syekh yang membagikan amplop ada juga yang teliti. Mahasiswa yang berjenggot dibagi sesuai jatah yang ada, sedang bagi mahasiswa yang tidak berjenggot, kadang-kadang amplop dibuka dan jatah uang dikurangi. Atau kalau mahasiswa lagi sial, cukup diambilkan uang dari kantong gamis, dikasi 20 riyal sebagai ganti ongkos taxi.

Bagi mahasiswa, uang zakat atau sodaqoh senilai 500 ribu sampai 1 juta rupiah, lumayan untuk menambah uang saku.

Kadang-kadang, zakat dibagikan di masjid, para jama'ah tetap duduk di tempat dan petugas akan keliling mendatangi tempat jama'ah.

Sabtu, 24 Februari 2018

409: Terharu di Terminal 3 Ultimate ✓

Terharu di Terminal 3 Ultimate
(Cerita ke-409)

Terminal 3 Ultimate Bandara Internasoinal Soekarno - Hatta masih baru, diresmikan tahun 2016, mendapat predikat sebagai terminal terbaik tahun 2017.
Saat itu baru ada lima maskapai yang beroperasi; Garuda Indonesia, Saudi Arabian Airlines, Vietnam Airlines, Korea Airlines, dan Xiamen Airlines.

Pk 16.00 kami berencana tebang ke Madinah dengan menumpang pesawat Saudia SV 825.
Di ruang tunggu yang berdesain internasional, dengan dinding kaca full sampai ke atas. Kami dapat menyaksikan maskapai yang baru datang (landing) dan yang baru terbang (take off).
Di kursi panjang, kami dapat meluruskan kaki, sambil memandang pesawat
Saudia yang, mungkin, akan kami tumpangi. Pesawat jenis Boeing 777-300 itu berbadan lebar dan nampak besar di depan kami.

Memandangi pesawat besar itu, istri saya nampak terharu dan menitikkan air mata. Anak kami, dua bulan lalu terbang ke Madinah pada jam yang sama dan pesawat yang sama pula.
Sambil berbisik, istri saya berujar, "Ya Allah Yang Maha Kuasa, tak menyangka, anakku bisa menumpang pesawat sebagus itu. Sungguh ini karunia yang luar biasa bagi keluarga kami"
Untuk terbang bersama Saudia adalah hal yang biasa, tetapi terbang dengan beasiswa, bagi keluarga kami hal yang luar biasa.

Menjelang pk 16.00 ada pengumuman bahwa penumpang dipersilakan memasuki pesawat.
Kami bertiga memasuki pesawat dan duduk kursi sesuai nomor yang tertera.

Kami baru yakin bahwa saat itu benar-benar mau terbang. Biasanya kami menumpang pesawat di bawah arahan tour leader.

Kali ini memang kami mandiri, tidak bergabung dengan travel umroh mana pun. Kami membuat jadwal sendiri dan mencari pesawat yang sesuai.

Pesawat segara terbang, seat belt dipakai, para penumpang terdiam, dan kami pun berdo'a:
سُبْحَانَ الَّذِىْ سَخَّرَلَنَا هَذَا وَمَاكُنَّالَهُ مُقْرِنِيْنَ وَاِنَّآ اِلَى رَبّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ