Minggu, 25 November 2012

Intermeso 28: Gelar Haji di Belakang


Intermeso 28: Gelar Haji di Belakang
      Tahun 2005  Darunnajah menerima wakaf tanah di Cidokom dari Keluarga Ir.H. Yusuf Gayo.  Untuk keperluan pembuatan akta ikrar wakaf (AIW) di kantor Pejabat Pencatat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) Kecamatan Gunung Sindur, kami sering diajak bertemu dengan Kepala Desa Cidokom, Achmad Dahlan H. Pak Kades memang namanya begitu, ada huruf H di belakang nama Dahlan.
      Suatu hari saya bercanda dengan Pak Kades, "Pak Lurah, kenapa Haji-nya di belakang?".
Pak Kades pun menjawab, "Iya itu, bagaimana caranya supaya H itu di depan!". Mungkin maksudnya bagaimana caranya supaya Pak Kades dapat menunaikan ibadah haji.
    Tahun 2010 di Wilayah Kabupaten Bogor diadakan lomba desa, acara pencanangan Bulan Bhakti se-Kabupaten Bogor dilaksanakan tanggal 5 Mei 2010 di Desa Cidokom dan mengambil tempat di Mini Hall Pesantren Annur Darunnajah 8.
    Acara yang dihadiri camat dan kepala desa se-Kabupaten Bogor itu mengumumkan bahwa Cidokom mendapat juara sebagai Desa Terbersih. 
    Bupati Bogor Rachmat Yasin memberikan hadiah kepada Kepala desa Cidokom untuk menunaikan ibadah Haji.
    Rupanya canda kami didengar Allah SWT. Pak Kades tahun 2012 menunaikan ibadah haji, dengan demikian Pak Kades mempunyai dua gelar H, satu di depan nama, dan satu lagi di belakang.

Jumat, 26 Oktober 2012

K.H. Bisri Mustofa Rembang


KH Bisri Mustofa Rembang 
April 13, 2011 admin Ke-NU-an2

Riwayat Hidup
       K.H. Bisri Musthofa merupakan satu di antara sedikit ulama Islam Indonesia yang memiliki karya besar. Beliaulah sang pengarang kitab Tafsir al-Ibriz li Ma’rifah Tafsir al-Qur’an al-‘Aziz. Kitab tafsir ini selesai beliau tulis pada tahun 1960 dengan jumlah halaman setebal 2270 yang terbagi ke dalam tiga jilid besar. Masih banyak karya-karya lain yang dihasilkan K.H. Bisri Musthofa, dan tidak hanya mencakup bidang tafsir saja tetapi juga bidang-bidang yang lain seperti tauhid, fiqh, tasawuf, hadits, tata bahasa Arab, sastra Arab, dan lain-lain.
       Selain itu, K.H. Bisri Musthofa juga dikenal sebagai seorang orator atau ahli pidato. Beliau, menurut KH. Saifuddin Zuhri, mampu mengutarakan hal-hal yang sebenarnya sulit sehingga menjadi begitu gamblang, mudah diterima semua kalangan baik orang kota maupun desa. Hal-hal yang berat menjadi begitu ringan, sesuatu yang membosankan menjadi mengasyikkan, sesuatu yang kelihatannya sepele menjadi amat penting, berbagai kritiknya sangat tajam, meluncur begitu saja dengan lancar dan menyegarkan, serta pihak yang terkena kritik tidak marah karena disampaikan secara sopan dan menyenangkan (KH. Saifuddin Zuhri: 1983, 27).
       K.H. Bisri Musthofa dilahirkan di desa Pesawahan, Rembang, Jawa Tengah, pada tahun 1915 dengan nama asli Masyhadi. Nama Bisri ia pilih sendiri sepulang dari menunaikan ibadah haji di kota suci Mekah. Beliau adalah putra pertama dari empat bersaudara pasangan H. Zaenal Musthofa dengan isteri keduanya yang bernama Hj. Khatijah. Tidak diketahui jelas silsilah kedua orangtua K.H. Bisri Musthofa ini, kecuali catatan K.H. Bisri Musthofa yang menyatakan bahwa kedua orang tuanya tersebut sama-sama cucu dari Mbah Syuro, seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai tokoh kharismatik di Kecamatan Sarang. Namun, sayang sekali, mengenai Mbah Syuro ini pun tidak ada informasi yang pasti dari mana asal usulnya (K.H. Bisri Musthofa: 1977, 1).
       Di usianya yang keduapuluh, K.H. Bisri Musthofa dinikahkan oleh gurunya yang bernama Kiai Cholil dari Kasingan (tetangga desa Pesawahan) dengan seorang gadis bernama Ma’rufah (saat itu usianya 10 tahun), yang tidak lain adalah puteri Kiai Cholil sendiri. Belakangan diketahui, inilah alasan Kiai Cholil tidak memberikan izin kepada K.H. Bisri Musthofa untuk melanjutkan studi ke pesantren Termas yang waktu itu diasuh oleh K. Dimyati. Dari perkawinannya inilah, K.H. Bisri Musthofa dianugerahi delapan anak, yaitu Cholil, Musthofa, Adieb, Faridah, Najihah, Labib, Nihayah dan Atikah. Cholil (K.H. Cholil Bisri) dan Musthofa (K.H. Musthofa Bisri) merupakan dua putera K.H. Bisri Musthofa yang saat ini paling dikenal masyarakat sebagai penerus kepemimpinan pesantren yang dimilikinya. K.H. Bisri Musthofa wafat pada tanggal 16 Februari 1977 (K.H. Bisri Musthofa: 1977, 15).
Pendidikan
       K.H. Bisri Musthofa lahir dalam lingkungan pesantren, karena memang ayahnya seorang kiai. Sejak umur tujuh tahun, beliau belajar di sekolah Jawa “Angka Loro” di Rembang. Di sekolah ini, K.H. Bisri Musthofa tidak sampai selesai karena ketika hampir naik kelas dua beliau terpaksa meninggalkan sekolah, tepatnya diajak oleh orangtuanya menunaikan ibadah haji di Mekah. Rupanya, inilah masa di mana beliau harus merasakan kesedihan mendalam karena dalam perjalanan pulang di pelabuhan Jedah, ayahnya yang tercinta wafat setelah sebelumnya menderita sakit di sepanjang pelaksanaan ibadah haji (K.H. Saifuddin Zuhri: 1983, 24).
      Sepulang dari tanah suci, K.H. Bisri Musthofa sekolah di Holland Indische School (HIS) di Rembang. Tak lama kemudian ia dipaksa keluar oleh Kiai Cholil (guru di pondok dan belakangan jadi mertua) dengan alasan sekolah tersebut milik Belanda dan kembali lagi ke sekolah “Angka Loro” sampai mendapatkan serifikat dengan masa pendidikan empat tahun. Pada usia 10 tahun (tepatnya pada tahun 1925), K.H. Bisri Musthofa melanjutkan pendidikannya ke pesantren Kajen, Rembang. Pada tahun 1930, K.H. Bisri Musthofa belajar di pesantren Kasingan pimpinan Kiai Cholil (K.H. Bisri Musthofa: 1977, 8-9).
       Setahun setelah dinikahkan oleh Kiai Cholil dengan putrinya yang bernama Marfu’ah itu, K.H. Bisri Musthofa berangkat lagi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji bersama-sama dengan beberapa anggota keluarga dari Rembang. Namun, seusai haji, K.H. Bisri Musthofa tidak pulang ke tanah air, melainkan memilih bermukim di Mekah dengan tujuan menuntut ilmu di sana.
       Di Mekah, pendidikan yang dijalani K.H. Bisri Musthofa bersifat non-formal. Beliau belajar dari satu guru ke guru lain secara langsung dan privat. Di antara guru-guru beliau terdapat ulama-ulama asal Indonesia yang telah lama mukim di Mekah. Secara keseluruhan, guru-guru beliau di Mekah adalah: 
(1) Syeikh Baqir, asal Yogyakarta. Kepada beliau, K.H. Bisri Musthofa belajar kitab Lubbil Ushul, ‘Umdatul Abrar, Tafsir al-Kasysyaf; 
(2) Syeikh Umar Hamdan al-Maghriby. Kepada beliau, K.H. Bisri Musthofa belajar kitab hadits Shahih Bukhari dan Muslim; 
(3) Syeikh Ali Maliki. Kepada beliau, KH. Bisri Musthofa belajar kitab al-Asybah wa al-Nadha’ir dan al-Aqwaal al-Sunnan al-Sittah; (4) Sayid Amin. Kepada beliau, K.H. Bisri Musthofa belajar kitab Ibnu ‘Aqil; (5) Syeikh Hassan Massath. Kepada beliau, KH. Bisri Musthofa belajar kitab Minhaj Dzawin Nadhar; 
(6) Sayid Alwi. Kepada beliau, K.H. Bisri Musthofa belajar tafsir al-Qur’an al-Jalalain; 
(7) KH. Abdullah Muhaimin. Kepada beliau, KH. Bisri Musthofa belajar kitab Jam’ul Jawami’ (KH. Bisri Musthofa: 1977, 18).
       Dua tahun lebih K.H. Bisri Musthofa menuntut ilmu di Mekah. KH. Bisri Musthofa pulang ke Kasingan tepatnya pada tahun 1938 atas permintaan mertuanya.
     Setahun kemudian, mertuanya (Kiai Cholil) meninggal dunia. Sejak itulah K.H. Bisri Mustofa menggantikan posisi guru dan mertuanya itu sebagai pemimpin pesantren.
       Dalam mengajar para santrinya, beliau melanjutkan sistem yang dipergunakan kiai-kiai sebelumnya yaitu menggunakan sistem balah (bagian) menurut bidangnya masing-masing. Beberapa kitab yang diajarkan langsung kepada para santrinya adalah Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Alfiyah Ibn Malik, Fath al-Mu’in, Jam’ul Jawami’, Tafsir al-Qur’an, Jurumiyah, Matan ‘Imrithi, Nadham Maqshud, ‘Uqudil Juman, dan lain-lain.
         Di samping kegiatan mengajar di pesantren, beliau juga aktif pula mengisi ceramah-ceramah (pengajian) keagamaan. Penampilannya di atas mimbar amat mempesona para hadirin yang ikut mendengarkan ceramahnya sehingga beliau sering diundang untuk mengisi ceramah dalam berbagai kesempatan di luar daerah Rembang, seperti Kudus, Demak, Lasem, Kendal, Pati, Pekalongan, Blora dan daerah-daerah lain di Jawa tengah.
       K.H. Bisri Musthofa memiliki banyak murid. Di antara murid-muridnya yang menonjol adalah K.H. Saefullah (pengasuh sebuah pesantren di Cilacap Jawa Tengah), K.H. Muhammad Anshari (Surabaya), K.H. Wildan Abdul Hamid (pengasuh sebuah pesantren di Kendal), K.H. Basrul Khafi, K.H. Jauhar, Drs. Umar Faruq, S.H., Drs. Ali Anwar (Dosen IAIN Jakarta), Drs. Fathul Qorib (Dosen IAIN Medan), H. Rayani (Pengasuh Pesantren al-Falah Bogor), dan lain-lain.
Karya-Karya
       Jumlah tulisan-tulisan beliau yang ditinggalkan mencapai lebih kurang 54 buah judul, meliputi: tafsir, hadits, aqidah, fiqh, sejarah nabi, balaghah, nahwu, sharf, kisah-kisah, syi’iran, do’a, tuntunan modin, naskah sandiwara, khutbah-khutbah, dan lain-lain. Karya-karya tersebut dicetak oleh beberapa perusahaan percetakan yang biasa mencetak buku-buku pelajaran santri atau kitab kuning, di antaranya percetakan Salim Nabhan Surabaya, Progressif Surabaya, Toha Putera Semarang, Raja Murah Pekalongan, Al-Ma’arif Bandung dan yang terbanyak dicetak oleh Percetakan Menara Kudus. Karyanya yang paling monumental adalah Tafsir al-Ibriz (3 jilid), di samping kitab Sulamul Afham (4 jilid).
       Karya-karya KH. Bisri Musthofa jika diklasifikasikan berdasarkan bidang keilmuan adalah sebagai berikut:
A. Bidang Tafsir
Selain tafsir al-Ibriz, K.H. Bisri Musthofa juga menyusun kitab Tafisr Surat Yasin. Tafsir ini bersifat sangat singkat dapat digunakan para santri serta para da’i di pedasaan. Termasuk karya beliau dalam bidang tafsir ini adalah kitab al-Iksier yang berarti “Pengantar Ilmu Tafsir” ditulis sengaja untuk para santri yang sedang mempelajari ilmu tafsir.


B. Hadits
1. Sulamul Afham, terdiri atas 4 jidil, berupa terjamah dan penjelasan.
Di dalamnya memuat hadits-hadits hukum syara’ secara lengkap dengan keterangan yang sederhana.
2. al-Azwad al-Musthofawiyah, berisi tafsiran Hadits Arba’in an-Nawaiy untuk para santri pada tingkatan Tsanawiyah.
3. al-Mandhomatul Baiquny, berisi ilmu Musthalah al-Hadits yang berbentuk nadham yang diberi nama.

C. Aqidah
1. Rawihatul Aqwam
2. Durarul Bayan
Keduanya merupakan karya terjemahan kitab tauhid/aqidah yang dipelajari oleh para santri pada tingkat pemula (dasar) dan berisi aliran Ahlussunnah wal Jama’ah. Karyanya di bidang aqidah ini terutama ditujukan untuk pendidikan tauhid bagi orang yang sedang belajar pad atingkat pemula.

D. Syari’ah
1. Sullamul Afham li Ma’rifati al-Adillatil Ahkam fi Bulughil Maram.
2. Qawa’id Bahiyah, Tuntunan Shalat dan Manasik Haji.
3. Islam dan Shalat.

E. Akhlak/Tasawuf
1. Washaya al-Abaa’ lil Abna
2. Syi’ir Ngudi Susilo
3. Mitra Sejati
4. Qashidah al-Ta’liqatul Mufidah (syarah dari Qashidah al-Munfarijah karya Syeikh Yusuf al-Tauziri dari Tunisia)

F. Ilmu Bahasa Arab
1. Jurumiyah
2. Nadham ‘Imrithi
3. Alfiyah ibn Malik
4. Nadham al-Maqshud.
5. Syarah Jauhar Maknun

G. Ilmu Mantiq/Logika
Tarjamah Sullamul Munawwarah, memuat dasar-dasar berpikir yang sekarang lebih dikenal dengan ilmu Mantiq atau logika. Isinya sangat sederhana tetapi sangat jelas dan praktis. Mudah dipahami, banyak contoh-contoh yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

H. Sejarah
1. An-Nibrasy
2. Tarikhul Anbiya
3. Tarikhul Awliya.

I. Bidang-bidang Lain
Buku tuntunan bagi para modin berjudul Imamuddien, bukunya Tiryaqul Aghyar merupakan terjemahan dari Qashidah Burdatul Mukhtar. Kitab kumpulan do’a yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari berjudul al-Haqibah (dua jilid). Buku kumpulan khutbah al-Idhamatul Jumu’iyyah (enam jilid), Islam dan Keluarga Berencana, buku cerita humor Kasykul (tiga jilid), Syi’ir-syi’ir, Naskah Sandiwara, Metode Berpidato, dan lain-lain.
Pemikiran
       Tidak dapat dipungkiri, di dalam lingkungan kaum muslimin ada dua kecenderungan, yaitu kelompok tekstual-skripturalistik dan kelompok rasional. Kelompok tekstualis selalu menjadikan ayat al-Qur’an dan Hadits apa adanya sebagai dasar argumen, berpikir, dan bersikap. Sementara kelompok rasionalis selalu memberikan interpretasi rasional terhadap teks-teks keagamaan berdasarkan kemampuan akalnya.
       K.H. Bisri Musthofa tidak termasuk di antara kedua kelompok di atas. K.H. Bisri Musthofa lebih cenderung berada di tengah-tengah antara tekstual-skripturalis dan rasionalis. Sebagaimana terlihat jelas dalam kitab tafsirnya, al-Ibriz, K.H. Bisri Musthofa selalu memberikan tafsiran terhadap ayat-ayat mutasyabihat dengan mengambil beberapa pendapat para mufassir disertai dengan argumen-argumen yang beliau berikan sendiri. Dalam kitab tafsirnya itu tidak sedikit ditemukan uraian-uraian yang menyangkut ilmu sosial, logika, ilmu pengetahuan alam dan sebagainya.
       Di bidang akhlak, K.H. Bisri Musthofa termasuk orang yang sangat memprihatinkan kondisi kemorosotan moral generasi muda. Lewat karya-karyanya di bidang akhlak itulah K.H. Bisri Musthofa menyampaikan nasihat-nasihatnya kepada generasi muda. Dalam kitab berbahasa Jawa Washoya Abaa li al-Abna, misalnya, beliau memberikan tuntunan-tuntunan seperti sikap taat dan patuh kepada orangtua, kerapihan, kebersihan, kesehatan, hidup hemat, larangan menyiksa binatang, bercita-cita luhur dan nasihat-nasihat baik lainnya. Sementara dalam karya yang berbentuk syair Jawa, yaitu kitab Ngudi Susila dan Mitra Sejati, K.H. Bisri Musthofa menekankan sikap humanisme, kemandirian, rajin menuntut ilmu dan lain-lain.
       Sedangkan pemikiran K..H. Bisri Musthofa dalam bidang fiqh terlihat dalam pemikirannya mengenai Keluarga Berencana (KB). Menurutnya, manusia dalam berkeluarga diperbolehkan berikhtiar merencanakan masa depan keluarganya sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Dalam pandangan K.H. Bisri Musthofa, Keluarga Berencana diperbolehkan bila disertai dengan alasan yang pokok, yaitu untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, dan meningkatkan pendidikan sang anak.
Karir Politik dan Perjuangan
K.H. Bisri Musthofa hidup dalam tiga zaman, yaitu zaman penjajahan, zaman pemerintahan Soekarno, dan masa Orde Baru. Pada zaman penjajahan, ia duduk sebagai ketua Nahdlatul Ulama dan ketua Hizbullah Cabang Rembang. Kemudian, setelah Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) dibubarkan Jepang, ia diangkat menjadi ketua Masyumi Cabang Rembang –ketua Masyumi pusat waktu itu adalah K.H. Hasyim Asy’ari dan wakilnya Ki Bagus Hadikusumo (Saifullah Ma’shum: 1994, 332). Masa-masa menjelang kemerdekaan, K.H. Bisri Musthofa mendapat tugas dari PETA (Pembela Tanah Air). Beliau juga pernah menjabat sebagai kepala Kantor Urusan Agama dan ketua Pengadilan Agama Rembang. Menjelang kampanye Pemilu 1955, jabatan tersebut ditinggalkan, dan mulai aktif di partai NU. Dalam hal ini beliau menyatakan: “Tenaga saya hanya untuk partai NU… dan di samping itu menulis buku”.
       Pada zaman pemerintahan Soekarno, K.H. Bisri Musthofa duduk sebagai anggota konstituane, anggota MPRS dan Pembantu Menteri Penghubung Ulama. Sebagai anggota MPRS, ia ikut terlibat dalam pengangkatan Letjen Soeharto sebagai Presiden, menggantikan Soekarno dan memimpin do’a waktu pelantikan (Saifullah Ma’shum: 1994, 332).
       Pada masa Orde Baru, K.H. Bisri Musthofa pernah menjadi anggota DPRD I Jawa Tengah hasil Pemilu 1971 dari Fraksi NU dan anggota MPR dari Utusan Daerah Golongan Ulama. Pada tahun 1977, ketika partai Islam berfusi menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), beliau menjadi anggota Majelis Syura PPP Pusat. Secara bersamaan, beliau juga duduk sebagai Syuriyah NU wilayah Jawa Tengah (Saifullah Ma’shum: 1994, 333).
        Menjelang Pemilu 1977, K.H. Bisri Musthofa terdaftar sebagai calon nomor satu anggota DPR Pusat dari PPP untuk daerah pemilihan Jawa Tengah. Namun sayang sekali, Pemilu 1977 berlangsung tanpa kehadiran K.H. Bisri Musthofa. Beliau meninggal dunia seminggu sebelum masa kampanye 24 Februari 1977. Duduknya K.H. Bisri Musthofa sebagai calon utama anggota DPR tersebut memang memberikan bobot tersendiri bagi perolehan suara PPP. Itulah sebabnya, wafatnya beliau dirasakan sebagai suatu musibah yang berat bagi warga PPP.

(dari KyaiPedia):

Kamis, 25 Oktober 2012

Intermeso 27: Sakit Perut Berjamaah



  Tahun 1984, Idul Qurban dan hari Tasyriq, sekolah diliburkan. 
    Atas prakarsa panitia kurban (bukan kurban panitia), pad hari Tasyriq guru-guru mengadakan rihlah ke Ciamis, ke kampung salah seorang guru Darunnajah.          
Guru-guru yang berjumlah 21 orang itu naik dua mobil, satu mobil Hi Ace milik Darunnajah, satu lagi mobil sewa.
    Baru saja mobil memasuki wilayah Tugu, di atas Ciawi, brebet-brebet mobil mogok tidak bisa menanjak. Maklum mobil sewaan membeli bensin eceran, bensin campur, campur air. Setelah sarangan (filter) dibuka, air dibuang, mobil jalan lagi.
    Sampai di Nagrek, istirahat sejenak. Di seberang Masjid "Fa-aina Tadzhabun" rombongan makan siang. Enak juga ikan mas dengan sambal dan lalapan.
    Setelah melalui jalan yang panjang, melalui perkebunan kakao (cokelat), menjelang Maghrib kami sampai di tempat tujuan. Rumahnya besar, di samping masjid, halamannya asri, ditanami rumput jepang. Pemilik rumah ialah Pak Haji yang tokoh masyarakat setempat.
    Ternyata malam itu ada pengajian akbar, penceramahnya ulama' dari Jakarta 
    Menjelang salat Isya', ada pengumuman melalui pengeras suara, bahwa, "Penceramah, ulama' dari Jakarta sudah hadir di tengah-tengah kita".
    Siapa ulama' dari Jakarta? Kami juga bertanya-tanya. Di antara kami juga tidak ada yg menjadi anggota MUI, baik pusat maupun kelurahan.
    Ba'da salat Isya' diumumkan lagi. Masyarakat berbondong-bondong untuk menghadiri pengajian akbar, mereka memasuki masjid, yg lain di halaman dan di jalan.
    Yang dimaksud ulama' Jakarta mungkin guru-guru Darunnajah. Kebetulan di antara kami ada yg sudah terbiasa mengisi khutbah Jumat.
    Malam itu memang ada pengajian akbar dengan penceramah salah seorang rombongan kami. Masyarakat puas, semoga tidak ada yg kecewa.
    Malam hari kami tidur  dibagi-bagi, terpisah  di beberapa kerabat tuan rumah, mengingatkan kita dg peristiwa hijrah, semua kerabat ingin menampung kami.
    Entah karena apa, dini hari antara pk 01.00-03.00 kami terbangun karena sakit perut. Semuanya sakit perut dan mencari kamar mandi.
    Untung saja di Ciamis banyak empang, hanya saja kami tidak tahu di mana letak empangnya, karena kami datang sudah menjelang malam. Lagi pula, malam 12 Dzulhijjah sang rembulan sudah tenggelam di langit barat.
    Menjelang Subuh, secara otomatis kami berkumpul lagi di tempat tuan rumah, semuanya diam sambil memegangi perut masing-masing, seakan sudah paham apa yg telah terjadi.
      Kami tidak tahu penyebabnya, mungkin terlalu banyak makan sambal di Nagrek atau terlalu banyak makan daging kurban di hari Tasyrik. Atau mungkin kedua-duanya. Atau mungkin terkena virus "aji mumpung" (pinjam istilah politik Zaman Reformasi), makan di warung mumpung ada panitia; makan daging sebanyak-banyaknya, mumpung ada, konon sampai habis Tasyrik, daging belum habis; memang beda denga beli sendiri.
    Pagi itu ada yang nyeletuk, "Ulama' Jakarta kok sakit perut semuanya!". Mudah-mudahan tuan rumah dan pengunjung pengajian akbar tidak ada yang tahu masalah ini.
    Setelah makan pagi dengan agak malas, takut terjadi lagi, perjalanan dilanjutkan, meskipun badan agak lemas. 
    Mengunjungi pesantren mertua di desa sebelah. Untung saja rencana pertandingan sepak bola persahabatan ditiadakan. Seandainya dilaksanakan, bisa kebobolan 0-15, karena kami tidak pernah latihan dan baru saja kena "musibah". Bisa jadi ada komentar, "Ulama' Jakarta kok kalah main bola, padahal rumahnya dekat Senayan"
    Mengunjungi Situs Karangmulyan; peninggalan Raja Galuh, raja sebelum Pajajaran; Sungai Citanduy tempat dihanyutkan bayi Ciung Wanara, tempat sabung ayam Ciung Wanara dg ayam raja, dan bekas2 Kerajaan Galuh lainnya.
      Perjalanan menuju pulang, mampir dulu di Pantai Batu Hiu dan Pantai Pangandaran.
      Melewati Bandung Selatan saat malam hari, mengingatkan kami pada sebuah lagu, "Bandung Selatan di Waktu Malam".

Rabu, 24 Oktober 2012

Intermeso 26: Anak Yatimnya Sudah Dewasa



     Idul Adha 1983, Pesantren Darunnajah menerima dan menyalurkan hewan kurban seperti tahun-tahun sebelumnya, di samping juga menjadi pos distribusi Masjid Agung Al Azhar Kebayoran Baru. Masjid Agung mengirimkan hewan yang sudah dipotong beserta kupon yang akan dibagikan.
    Panitia kurban, selain membagikan daging kurban juga membagikan bingkisan, terutama untuk anak yatim dan miskin yg masih sekolah.
    Sekitar jam 11, pemotongan dan pembungkusan daging sudah selesai, dan panitia sudah memegang daftar nama para mustahik yang dihimpun dari RT-RT sekitar. Maka dipanggillah satu per-satu.
    "Si A dari RT sekian!", maka yg dipanggil maju dengan menyerahkan kupon dan ditukar dengan bungkusan dan bingkisan.
"Si B", juga demikian dan seterusnya, dan sampailah pada Si Fulan dari RT sekian.
    Adalah Si Fulan sudah dipanggil beberapa kali, tetapi tidak juga datang, menyahut pun tidak. Ternyata Si Fulan malu, karena sudah jadi ustadz Darunnajah dan saat itu bertugas sebagai panitia kurban.
    Apakah Pak RT tidak meng-update data yatim? Apakah kalau sudah tamat SLTA juga masih yatim? 
    Sungguh kasihan, yg punya nama malu dan ngumpet di belakang panggung.

Jumat, 12 Oktober 2012

Intermeso 25: Qira'ah Sab'ah dan Ken Arok


            Mungkin Antum masih ingat, waktu kita belajar tahsinul qira'ah di Gedung SD Darunnajah, tahun 2007. Saat itu seorang tutor sedang menjelaskan tentang Qira'ah Sab'ah dan ada peserta yg bertanya, "Bagaimana hukumnya orang membaca Al Quran semacam, 'al kamdu lillahi robbil ngalamin..'"
            Maka tutor menjawab, "Qira'ah sab'ah adalah logat-logat bacaan yg ada  di sekitar Arab pada saat itu. Logat-logat itu disampaikan kepada Nabi dan di-iyakan, sehingag pada saat ini ada tujuh imam qira'ah, 14 perawi dan thariqahnya lebih banyak lagi."
             "Al kamdulillahi robbil ngalamin.. itu qira'ahnya Ken Arok dan Ken Dedes, sedangkan Ken Arok dan Ken Dedes belum pernah bertemu Nabi untuk menyampaikan qira'ahnya."  
            Itu logika yg disampaikan pada saat itu. Memang dimensi waktunya jauh berbeda, Muhammad menjadi Nabi pada tahun 611 sedangkan Ken Arok menjadi raja pada tahun 1222 dan pada saat itu masih Hindu.
            Pernah hal itu saya tanyakan ke doktor qira'ah, Ust Abu 'Alim Muhammad Dzunnuroyn via SMS, jawabnya: "Selama dia belajar dari gurunya begitu shah2 saja. Kalau ia mengerti ada guru yg mengajar lebih fashih dan ia berkesempatan belajar harus belajar, kalau tdk belajar berdosa. Kalau sudah belajar, lidahny tdk bisa sdh kaku tdk papa, yg penting belajar terus! Batu saja bisa legok (cekung) kena tetesan air?"

Senin, 24 September 2012

Intermeso 24: Dikejar PJR Ciawi


Cerita ini sudah agak lama. Kira-kira pada awal Darunnajah merenovasi Vila-2 di Cipanas. 
Adalah sopir Darunnajah sedang membawa barang menuju Cipanas, di jalan tol Jagorawi dikejar polisi jalan raya (PJR). 
            Karena merasa tidak bersalah, maka mobil Darunnajah itu tetap saja melaju kencang, PJR pun terus mengejar, dan me-mepet ke kiri, dan mobil Darunnajah akhirnya minggir dan berhenti.
           
Pak PJR bertanya dan meyakinkan, "Dari Darunnajah ya!" 
            Maka jawab Pak Sopir, "Iya Pak, ada apa?" 
            "Saya mau nitip uang SPP untuk anak saya, namanya A kelas ...", lanjut Pak PJR.
            Ternyata Pak Polisi anaknya belajar di Darunnajah dan belum bayar SPP, maklum polisi kan sibuk, jadi belum sempat.

           

Intermeso 23: Rokok dan Perokok


 
Beberapa istilah, hukum, dan pendapat tentang rokok dan perokok:
1. Rokok itu berhala
2. Perokok itu ahli hisap (bukan ahli hisab)
3. Perokok itu ahlu yamin sebagian ahlu simal (ada yang memegang rokok dengan tangan kanan, dan ada yang dengan tangan kiri)
4. Merokok itu sehat, orang sakit tidak bisa merokok
5. Pabrik rokok yang bijaksana, menjual rokok sekaligus mencantumkan bahayanya: "Merokok dapat menyebabkan kangker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin"
6. Merokok dapat menyebabkan kangker (kantong kering) serangan jantung (jarang untung) impotensi (ingatan semaput kalau liat yang seksi) dan gangguan kehamilan (kesengajaan ngemil berlebihan) dan janin (jajanan angin) 
7. Fatwa MUI: merokok haram di muka umum, wanita hamil, dan anak-anak. Pengurus MUI haram merokok
8. Di Timur-Tengah, rokok haram karena ulama'-nya tidak merokok
9. Di Indonesia rokok hanya makruh, karena ulama'/kiai-nya jadi petani tembakau
10. Boleh merokok dengan sembunyi-sembunyi asal menabung untuk operasi jantung
(K.H. Mahrus Amin, Rapat Kamis 28-8-2008)
11.
Ada yg protes, jeroan juga bahaya, tetapi tidak ada larangan, fatwa, dan hukum yang pasti. Yang protes ustadz Darunnajah, ternyata bapaknya petani tembakau.

Darunnajah yang Lain

   
Intermeso 22: Darunnajah yang Lain

Nama dan Logo Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan sudah terdaftar  di Dirjen Hak Kekayaan Intelektual, Menteri Hukum dan HAM RI, nomor IDM000269341, tanggal 21 September 2010 setelah melalui verifikasi selama 18 bulan.Di Indonesia, setidaknya ada 53 Pondok Pesantren Darunnajah yang lain, sbb:


1. PP. Darunnajah Wassalamah, Desa Muara Baru Pasir Bangun, 085262834714, Lawe Alas, Aceh Tenggara
2.  PP.  Darun Najah, Rambayan,  Peukan Baru, Pidie
3. PP. Darun Najah Al-Aziziyah, Rawa Gampong, 085260214918, Pidie, Pidie, NAD
4. PP. Darun Najah, Desa Lheue Simpang 0644-541033 Jeunieb Bireuen
5. PP. Darunnajah, Gampong Seunebok Panton Nurussalam Aceh Timur
6. PP. Darunnajah, Jl. IDT Sungai Alah Hulu Kuantan Kuantan Singingi Riau
7. PP. Darun Najah, Dusun Baru Senamat  Palepat Bungo Jambi
8. PP. Darun Najah, Desa Tumbuh Duri 0748-303002 Kayuaro Kerinci Jambi
9. PP. Darunnajah, Sumber Agung 0712-336159 Lempuing Ogan Komering Ilir Sumsel
10. PP. Darunnajah, Mendayun 0813-67978076  Madang Suku I Ogan Komering Ulu Tim
11. PP. Darun Najah, Jl. Pembangunan 2 Desa Bangun 0712-360890 Tanjung Batu Ogan Ilir
12. PP. Nurunnajah, Jl. Yos Sudarso  Lubuk Linggau Selatan Kota Lubuk Linggau
13.  PP. Darun Najah, Kp. Setia Budi Gunung Terang Tulang Bawang Lampung
14.  PP. Darun Najah, Agung Jaya Lambu Kibang Tulang Bawang Lampung
15.  PP. Darun Najah, Sambikarto Sekampung Lampung Timur Lampung
16.  PP. Darun Najah, Braja Harjosari Braja Selebah Lampung Timur Lampung
17.  PP. Daar Annajah, Blok Makbaroh Rt.11 Rw.04 Astanajapura Cirebon Jabar
18.  PP. Darul Najah, Jl. Banjar Kulon 08122750061 Banjarmangu Banjarnegara Jateng
19.  PP. Darunnajah, Rt.01/03,  Butuh Purworejo Jateng
20.  PP. Darun Najah, Karanganyar Wadaslintang Wonosobo Jateng
21.  PP. Darunnajah, Sidepok Kepil Kepil Wonosobo Jateng
22.  PP. Darunnajah Putra-Putri, Ngemplak Kidul 0293453433 Margoyoso Pati Jateng
23.  PP. Darunnajah, Talun Kedungsari 081325578512 Gebog Kudus Jaten
24.  PP. Darunnajah, Krajan Rt. 02/Rw. 03 0291771955 Bangsri Jepara Jateng
25.  PP. Darun Najah, Ploso Gesing kandangan 0293 5506051 Kandangan Temanggung Jateng
26.  PP. Darun Najah Assalamah, Ngrukem jalen 0352-311326 Mlarak Ponorogo Jatim
27.  PP. Darunnajah, Jl. Sukarno-Hatta 22 0355-792189 Trenggalek Trenggalek Jatim
28.  PP. Darunnajah, Tenggur 0355-396634 Rejotangan Tulungagung Jatim
29.  PP. Darun Najah, Gendang Sewu Barat 0354 398962 Pare Kediri Jatim
30.  PP. Darrunnajah, Ds. Kamal Banyakan Kediri Jatim
31.  PP. Salafiyah Darun Najah, Jl. Kendedes No.108 Candirengg 0341-452693 Singosari Malang Jatim
32.  PP. Darun Najah, Jl. Pesantren 51 0341464095 Karangploso Malang Jatim 
33.  PP. Darun Najah, RT. 12 RW. 3  Petahunan 0334-886046 Sumbersuko Lumajang Jatim
34.  PP. Salafiyyah Darun Najah, Bago Rejo Gemukmas Jember Jatim
35.  PP. Al Ikhlas Darun Najah, Karang Harjo 0331-520118 Silo Jember Jatim
36.  PP. Darunnajah, Kedung Sumur Tegaldlimo Banyuwangi Jatim
37.  PP. Darun Najah, Tanjungsari Krajan 0333-397890 Cluring Banyuwangi Jatim
38.  PP. Darun Najah, Jl. KH. Harun 03 0333417203 Banyuwangi Banyuwangi Jatim
39.  PP. Darun Najah, Jasaba Tapen Bondowoso Jatim
40.  PP. Darun Najah, Jl Sekar Putih Indah 1A 0332 422060 Tegal Ampel Bondowoso Jatim
41.  PP. Darun Najah, Jl. Raya Bondowoso  Panji Situbondo Jatim
42. PP. Darun Najah, Jl. Anggrek Gg. 02 Treceh 0321690792 Pacet Mojokerto Jatim
43. PP. Darun Najah, Kebonagung  358-325743 Sawahan Nganjuk Jatim
44. PP. Darun Najah, Desa Semare Berbek Nganjuk Jatim
45. PP. Darun Najah, Ds. Ngadipuro Widang Tuban Jatim
46. PP. Darun Najah, Jati Rembe 085 648 / 853 6 Benjeng Gresik Jatim
47. PP. Darun Najah, Kapedi Bluto Sumenep Jatim
48. PP. Darunnajah, Gadu Timur Ganding Sumenep Jatim
49. PP. Darun Najah, Kampung Islam Kepaon 0361-728138 Denpasar Selatan Kota Denpasar Bali 
50. PP. Darunnajah Al Mas'udiyah, Ahmad yani 0361-261156 Denpasar Barat Kota Denpasar Bali
51. PP. Nurun Najah, Jl. Bandara Letkol Wisnu Gerokgak Buleleng Bali
52. PP. Darunnajah Al-Falah, Telaga Waru Gubuk Ida Labuapi Lombok Barat  NTB
53. PP. Darunnajah, Jl. KH. M. Arsyad No. 2 0811423320 Towuti Luwu Timur Sulsel.

Itu Darunnajah yang sudah lapor diri dan sudah tercantum di Kementrian Agama Republik Indonesia, mungkin juga masih ada Darunnajah yang belum mendaftarkan diri.


PGTK Darunnajah:

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Darunnajah Membuka Program studi Baru Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak (PGTK) Sarjana (S1) Izin Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Nomor 3656 tahun 2014 tertanggal 1 Juli 2014. 

Perkuliahan dimulai September. 

Alamat: Jl. Ciledug Raya No.1 Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan 12250. 

Hubungi: 

Siti Nurhidayah: 0812 18599965 

Restu Umi: 081316267566 

Kantor: 02171050880


Email: pgtk_darunnajah08@yahoo.com



http://pgtkdarunnajah.com/

Rabu, 19 September 2012

Intermeso 21: Belajar Malam


     Ujian mid semester tinggal dua hari lagi. Suasana belajar malam tetap semarak, meskipun Kampus Darunnajah baru saja diguyur hujan.
    Santri putra mayoritas belajar di Masjid, karena kursi taman basah tersiram hujan. Alfa Mart Darunnajah juga sepi dari pembeli. 
     Saat belajar malam, memang santri dilarang untuk berbelanja, meskipun santri itu sedang piket (bulis). Kira-kira pk. 21.00, di Alfa Mart, seorang santri berseragam Pramuka memaksa membeli minuman, sambil memegang botol minuman berwarna biru.
Santri: "Boleh dong, saya beli minuman!?"
Kasir: "Belum boleh dik!?"
Santri: "Boleh dong mBak, saya kan bulis!?"
Kasir: "Belum Dik, bulis kan juga belajar!"

Intermeso 20: Keturunan ke-8



     Agustus 2009 Indonesia kembali mendapat musibah, gempa bumi menggoyang Sumatera Barat, maka Biro Kemasyarakatan Darunnajah kembali membuka Posko bantuan di depan Pesantren dan STAIDA di depan kampusnya di Cipulir.  
      Sedangkan PGTK ingin  menyalurkan bantuan, dengan mengedarkan kotak di mal dan pom bensin. Maka kami mencoba survey di Pom Bensin Bintaro, Carrefour Lebak Bulus dan Bintaro Plaza.
    Sepulang dari survey, waktu mobil melaju pelan di atas rel kereta Bintaro, karena kendaraan cukup padat, tiba2 pintu mobil dibuka seorang wanita langsung masuk dan duduk di jok tengah.
    Wanita itu badannya kotor, pakaiannya kotor, dan membawa seikat sayur kangkung, mulutnya kumat-kamit.  
    Wanita tadi dikasi uang seribu, tdk mau turun; dua ribu, tidak mau juga; lima ribu, langsung buka pintu dan turun. 
    Ternyata pengemis, saya kira orang gila. Ini modus baru. Mungkin wanita tadi orang kaya, tapi keturunan ke-8 (maaf pinjam iklan XL).
    Peringatan juga bagi yg lain, kalau naik mobil pintunya supaya dikunci, klek!.

Kamis, 07 Juni 2012

Intermeso 19: Do'a-do’a Mustajabah



            Di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masy'aril Haram lainnya; banyak tempat berdo'a yg mustajabah. 
            Atas usaha pesantren Darunnajah, saya bersama teman pada tahun 1998 menunaikan ibadah haji.
            Seperti biasa, banyak  yg nitip do'a. Supaya tidak lupa, saya sediakan buku kecil, untuk menulis nama dan do'a yg dihajatkan. Lagi pula, jika do'anya bersifat "khusus", tdk berlu malu ngomong, cukup tulis di buku kecil saja.
            Di tempat2 mustajabah dan di waktu-waktu yang mustajabah pula, buku "pesanan do'a" itu saya baca satu-satu dg konsentrasi yang ada.
            Alhamdulillah setelah satu tahun, dua tahun, tiga tahun; do'a-do’a itu dikabulkan Allah, dan setelah 12 tahun, buku kecil itu saya buka kembali, dan ternyata do'a-do’a yg dipesan sudah dikabulkan semuanya.  
            Ternyata untuk mustajabah, do'a memerlukan waktu, ada yg satu tahun, dan ada juga yg 12 tahun.

Senin, 30 April 2012

Intermeso 18: Malam Sejuta Belalang

       Tahun 1998, meskipun negara kita sedang dilanda krisis moneter yg berkembang menjadi krisis multidimensional, alhamdulillah kami berkesempatan menunaikan ibadah haji. Kloter kami tergolong awal, sehingga jamaah melasanakan arbain dulu di Masjid Nabawi di Madinah, baru setelah itu ke Makkah. Kami tinggal di Kota Rasul salama 9 hari, dari tanggal 11 sampai 19 April. Pada saat itu sedang terjadi pergantian musim, dari musim dingin ke musim panas. Maklum, di negeri yg beriklim sub tropis itu hanya mengenal dua musim: musim dingin dan musim panas. Selama di Madinah, biasanya jam 02 malam kami sudah ke Haram, dengan harapan masih ada tempat untuk duduk dan berdo'a di Raudhah. Sebagaimana saya meyakini, Raudhah adalah tempat yang mustajabah untuk berdo'a. Pada suatu malam, kira-kira jam 03, lampu taman di sekitar Masjid Nabawi dirubung belalang, seperti halnya laron merubung lampu pada musim hujan di Tanah Air. Belalang yang jumlahnya ribuan, bahkan mungkin jutaan itu beterbangan merubung lampu, dan sebagian sudah berserakan di atas lantai marmer. Sehabis salat Subuh, belalang itu disapu dan dikumpulkan oleh petugas kebersihan, hasilnya berkarung-karung dan diangkut dengan mobil kebersihan. Nampaknya, dengan keluarnya belalang sebesar jempol itu ke atas permukaan bumi sebagai pertanda bahwa musim dingin sudah usai dan akan berganti musim panas.

Minggu, 15 April 2012

Intermeso 17: Ustadz Asia-Pasifik

Jumat 13 April 2012, pk 14.00 Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta mendapat kunjungan peserta The International Committee of the Red Cross (ICRC) Asia-Pasifik.

Kunjungan disambut dengan berbagai kegiatan santri, di pintu gerbang ada satuan pengawal, di depan Alfa Mart ada marching band corps putri, di depan Gedung Nusantara ada marawis, silat, pramuka putra, dan pramuka putri. Di samping pula pagar betis santri sepanjang jalan menuju Baitul Wakif.

Tamu Palang Merah Internasional yang berasal dari negara-negara di Asia-Pasifik yg berjumlah 65 itu transit di Gedung Baitul Wakif kemudian dibagi dua, ada yg ke GOR dan ada pula ke Gedung Rektorat.

Di GOR dan Rektorat sudah disiapkan kelas microteaching sebagaimana layaknya kelas. Sebagai pengajar Ust Ma’rifah M. Zein di GOR dan Ust Miftah Ahmad di Rektorat. Sungguh luar biasa, Ustadz dan Ustadzah yg relatif sangat muda itu, saat mengajar disaksikan 65 peserta ICRC dari negara2 di Asia dan Pasifik. Atau anggap saja sebagai amaliah tadris kedua.

Kegiatan dilanjutkan dg pertemuan di Aula 4 Windu. Acara didahului dg penampilan angklung, yg mendapat aplaus para hadirin. Kata sambutan dari pihak ICRC disampaikan oleh Mr. Sukhdev Sigh dan dari Darunnajah Ust M. Hasan Darojat, dilanjutkan dg tanya-jawab. Acara ditutup jam 16.45, namun para tamu nampak masih betah dan menikmati suasana pesantren.

Semoga kedatangan para tamu akan membawa berkah.

Kamis, 05 April 2012

Pasaran di Kota Santri

Intermeso 61: Pasaran di Kota Santri

Kaliwungu adalah sebuah kota kecamatan di barat Semarang. Disebut juga kota santri karena banyak santrinya dan banyak pula pesantrennya. Di dua Kelurahan Kaliwungu Wetan dan Kaliwungu Kulon, pada tahun 1970-an terdapat 50 pesantren besar dan kecil.
Setiap masjid atau musala mempunyai seorang kiai yang alim membaca kitab kuning sekaligus sebagai pimpinan pesantren di musalla atau masjid tersebut.

Tradisi di pesantren Kaliwungu pada bulan Puasa, para santri belajar kitab kuning secara intensif, sebagai contoh: Tafsir Jalalain dibaca dapat selesai dalam waktu 20 hari. Kegiatan mengaji seperti itu sering disebut "pasaran". Seorang kiai membaca dan mengartikan kitab kuning dan para santri mendengarkan sambil mencatat.

Ada beberapa tempat kegiatan untuk mengaji. Di masjid besar Kaliwungu bisa dipakai tiga kiai. Santri boleh memilih tempat mengaji, juga waktu bisa dipilih; pagi, ba'da Dzuhur, atau ba'da Tarawih. Seorang santri juga boleh pilih, mau ngaji kitab apa? Tinggal pilih, tempat, waktu, kitab apa? dan siapa kiainya.

Tahun 1977, di awal bulan puasa saya berangkat ke Kaliwungu, tujuan saya ikut "pasaran". Membawa beras 15 kilo, uang, dan pakaian secukupnya.

Untuk belajar kitab, saya pilih waktu pagi jam 7 sampai jam 12 dan ba'da Dhuhur.

Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa belajar 20 hari sudah selesai. Tapi saya masih menunggu Tafsir Jalalain yang akan khataman tanggal 21 siang.

Tanggal 21 Ramadhan ba'da Asar saya siap-siap untuk pulang ke Sukorejo. Di depan Masjid Besar saya menyetop mobil Colt berwarna hijau tua. Kaki saya sudah melangkah, hampir memasuki mobil. Tiba-tiba terdengar suara memanggil, "Ris, tunggu saya sebentar, saya mau bareng Kamu!". Ternyata Nasir, teman saya di SD dulu. Rupanya ikut pasaran juga, tapi 20 hari di Kaliwungu tidak pernah ketemu. Senang juga ketemu teman sekampung, karena perkiraan akan sampai Sukorejo sudah malam.

Agak lama memang, Nasir yang saya tunggu datang juga, langsung kami berdua naik mobil Colt. Di barat kota Cepiring mobil behenti. Sebelum jembatan Kali Bodri ada kecelakaan. Mobil Colt warna hijau tua tabrakan denga truk, kap mobil Colt sampai terlepas dan seluruh penumpangnya mati, sementara sopir terjepit di belakang stir, dan masih belum bisa diambil, sementara mayat-mayat ditutup daun pisang dijejer di pinggir jalan.

Saya baru sadar, mobil Colt berwarna hijau tua itu mobil yang tadi saya stop, tapi batal naik karena dipanggil Nasir.
Seandainya saya naik mobil itu, tentu saja saya sudah ditutup daun pisang dan ikut dijejer di pinggir jalan.

Saya memang percaya takdir, tapi sejak itu saya lebih percaya lagi, bahwa kematian seseorang adalah rahasia Ilahi.

Sabtu, 31 Maret 2012

Intermeso 14: Kepalaku Hampir Hilang

Jalan Ulujami Raya di tahun 1970 sampai awal tahun 1980-an bernama jalan Darunnajah Raya, jalan itu diaspal karena adanya Pesantren Darunnajah. Untuk menjaga jalan aspal tidak cepat rusak, di ujung depan jalan dipasang portal untuk membatasi mobil besar yg akan masuk.
Portal dibuat dari besi tebal, yang dapat dibuka dan ditutup lagi sesuai kebutuhan.
Akhir tahun 1978 kelas 3 SD mengadakan studi tour, rencananya ke Monas dan Musium Gajah. Sebagai guru mata pelajarn IPA saya diajak pula. Tentu saja rasanya senang dapat jalan-jalan gratis.
Mobil yang disewa adalah mobil Colt denga bak tertutup terpal, semacam mobil belanja milik koperasi Darunnajah sekarang.
Pagi itu peserta studi tour masuk ke mobil. Saya kebagian bergelantung di belakang. Dan mobilpun jalan.
Mendekati jalan Ciledug raya terdengar teriakan, "Portal!, portal!" Saya tidak paham apa itu portal. Ternyata kernet mobil itu menarik tangan saya agar kepala saya nunduk.
Saya baru paham, kalau saya tidak nunduk kepala saya bisa hilang terkena portal.
Saya juga baru paham kalau besi yang melintang di atas jalan itu namanya "portal". Maklum saya dari kampung.

Selasa, 27 Maret 2012

Intermeso 13; Cobaan bagi Guru Baru

Akhir tahun 1978, saya guru baru, mengajar di SD Darunnajah. Gedung sekolah yg ada pada saat itu: Gedung Fatahillah I untuk unit pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTs.) dan Madrasah Aliyah (MA), Gedung Fatahillah II untuk Sekolah Dasar (SD), dan Gedung Fatahillah III untuk Taman Kanak-kanak (TK), sudah selesai dibangun dan diresmikan 1979.
Gedung sekolah tiga unit tersebut dibangun Gubernur DKI Ali Sadikin. Setiap unit ditengkapi, kantor, MCK, dan guest house; setiap kelas, selain dilengkapi meja-kursi murid, dilengkapi juga meja guru dan lemari kelas.
Pada suatu hari ketika sedang mengajar di kelas 6, saya ada keperluan ke kantor sebentar dan segera balik lagi ke kelas. Entah kenapa anak-anak di kelas pada tertawa, saya jadi kebingungan. Mungkinkah mereka itu mentertawakan saya? Tiba-tiba lemari kelas terbuka dan seorang murid muncul dari dalam lemari. Semua murid tertawa. Saya pun tdk mau kalah, kali ini saya pura-pura ke kantor lagi sebentar, terus kembali lagi ke kelas. Betul, satu anak tidak ada. Saya pura-pura tidak tahu. Denga tenang lemari saya dekati, dan ... anak kunci saya putar, "klik", lemari terkunci.
Dengan tenang saya melanjutkan menerangkan pelajaran, tetapi seluruh murid di kelas tegang, seakan menunggu apa yg akan terjadi. Setelah beberapa menit, lemari saya buka, dan seorang murid keluar dengan malu-malu, bajunya basah penuh keringat.
Tidak ada murid yg tertawa, semuanya tegang. Dan murid pun minta ma'af. Pak guru kok dilawan. Hari-hari berikutnya suasana mengajar lebih enak, peristiwa seperti itu tidak terjadi lagi.

Rabu, 21 Maret 2012

Intermeso 12: Hidup dengan Memberi Hidup

Kalau Anda ke Kota Menado, di Bandara Sam Ratulangi ada tulisan besar "Sitou Tumo Tumou Tou". Itu semboyan pahlawan Nasional Sam Ratulangi.
Sempat saya tanyakan kepada alumni Darunnajah yg tinggal di kota itu, apa artinya? “Hiduplah dengan menghidupkan orang lain”, katanya.
Kata teman saya yang dari Tegal, mirip dengan semboyan pengusaha Warteg, "Mencari makan dengan memberi makan orang lain".
Coba bayangkan, seandainya di Jakarta ini tidak ada Warteg. Atau coba sekali-kali lebaran jangan pulang kampung, Anda dapat merasakan pada saat para pengusaha warung makan itu sedang pulang kampung.
Sitou Timou Tumou Tou = Manusia hidup untuk memanusiakan manusia lain (Sam Ratulangi). Sam Ratulangi lahir di Tondano pada tanggal 5 Nopember, 1890

Intermeso 11: Hari Ulang Tahun yg Menakutkan

Hari ulang tahun biasanya menggembirakan, terutama bagi anak-anak. Karena pada hari yg ditunggu-tunggu itu, si anak akan mendapat hadiah ulang tahun, atau setidaknya diajak makan di luar, atau cukup dibuatkan nasi kuning.
Bagi anak saya lain, hari ulang tahun malah menjadi hari yang menakutkan. Anak yang belum seminggu duduk di kelas 5 SD, hari itu tidak mau sekolah.
Kenapa?
Hari itu, hari ulang tahunnya. Takut kepalanya di-"ceplokin" telur. Katanya, "Biasanya begitu".
Anak saya, saya rayu untuk sekolah. Akhirnya saya yang kalah. Pada hari ultahnya, tidak masuk sekolah.

Jumat, 16 Maret 2012

Intermeso 10: Ketua KPK Bukan Teknisi Air

Ini cerita dari tetangga, dan sudah diulang beberapa kali.
Sore itu teman saya mau mandi. Bak mandinya kosong dan keran air mati. Maka spotan menelpon Busyro (teknisi air), "Hallo, Busyro, ini air di rumah mati, tolong dibetulin...!" kira-kira begitu bunyi teteponnya.
Yang ditelpon, tidak langsung jawab, dan nampaknya kebingungan. Dan ternyata lawan bicara diujung telepon itu bukan Busyro teknisi air, tetapi M. Busyro Muqoddas, ketua KPK, Komisi Pemberantasan Korupsi. Biasanya panggilan telepon yg masuk ada hubungannya dg korupsi bukan tentang air yg mampet, jelas saja bingung.
M. Busyro Muqoddas memang ada hubungan keluarga dengan tetangga saya, dan saat itu wali santri Darunnajah.
Lain kali menyimpan nomor telpon yg jelas dan mencet tombol HP juga harus hati-hati.

Selasa, 13 Maret 2012

Intermeso 9: Mewaspadai Tamu

Tahun 1978 akhir, saya guru baru di Darunnajah yg mengajar di SD. Teman dekat saya Pa' Muhsinin, selain mengajar, Pa' Sinin juga ditugasi sebagai TU-SD.
Pada saat itu, guru yg mukim di Darunnajah tidak lebih dari 15 orang, dan santri mukim tidak lebih dari 60 orang, itu juga sudah termasuk murid SD yg mukim.
Rapat mingguan diadakan rutin setiap Kamis malam. Di antara pengarahan pimpinan pada salah satu rapat adalah kewaspadaan, "Pesantren ini berada di ibu kota, siapa saja bisa masuk, kita harus waspada terhadap setiap tamu yg masuk"
Suatu sore menjelang Maghrib, Ust Mahrus sedang tidak di rumah, dan Ummi lagi keliling ke asrama. Tiba-tiba ada tamu suami-istri nyelonong masuk ke rumah Ust Mahrus, dan saya tanya, "Bapak ini siapa?, tolong tunggu di sini!"
Bapak itu menjawab, "Saya sering ke sini!?" Sambil terus masuk ke rumah belakang dan ke kamar mandi. Nampaknya tamu tadi mau berwudhu.
Begitu Ummi datang saya kabari kalau ada tamu terus saja masuk ke rumah Ummi. Umi menjawab, "Oh, Pak Hafizh?!" Tapi saya belum paham, siapa itu Pak Hafizh.
Belakangan saya baru tahu, Pak Hafizh itu salah seorang pengurus YKMI (sekarang Yayasan Darunnajah) sebagai Sekretaris Umum.

Intermeso 8: Para Perawi Hadits

Saat libur Idul Fitri, pesantren sepi, karena para santri dan guru-gurunya pulang kampung. Untuk itu, sejak tahun 2007 diatur piket Syawal yang bertugas terutama pada tanggal 20 Ramadhan sampai 10 Syawwal.
Seperti tahun lalu, peserta piket Syawal terdiri atas beberapa komponen; Tim-19, guru TMI, guru SD, guru TK, guru baru, mahasiswa baru, Ashabunnajah baru, dan karyawan.
Untuk karyawan juga terdiri atas beberapa komponen, di antaranya dari dapur ada tiga orang.
Yang dari dapur, secara kebetulan namanya bagus-bagus: Imam Bukhori, Muslim, dan Tarmudi (mungkin maksudnya Turmudzi). Namun para pembaca jangan salah, mereka itu bukan para perawi Hadits, tetapi mereka itu punya keahlian khusus yaitu memasak nasi.
Ada yg tanya ke kepala Biro Rumah Tangga, “Kenapa nama-nama yg bagus itu ditempatkan di tempat yg sama?”. Ada juga nama-nama yang sama: Khairuddin, jumlahnya ada tiga orang, semuanya ditempatkan di Satpam.

Intermeso 7: Menjadi Anak Saleh

Istri salah seorang teman kami melahirkan, maka sebagai rasa bahagia, saya bersama teman-teman menengok bayi tersebut di rumahnya.
Setelah ngobrol ngalor-ngidul, menanyakan berbagai hal; kapan lahir, berapa berat badan, dsb, dan tentu saja setelah minum dan makan kue, kami permisi pulang sambil mendo'akan, "Semoga menjadi anak saleh".
Selama dalam perjalanan pulang, di antara teman kami ada yg nyeletuk, "Sebenarnya tadi tidak usah didoakan menjadi anak saleh, pasti menjadi anak saleh"
"Kenapa?" tanya saya.
"Karena orang bapaknya bernama Saleh"
Mohon maaf, jika ada persamaan nama, itu hanya kebetulan saja.