Sabtu, 31 Maret 2012

Intermeso 14: Kepalaku Hampir Hilang

Jalan Ulujami Raya di tahun 1970 sampai awal tahun 1980-an bernama jalan Darunnajah Raya, jalan itu diaspal karena adanya Pesantren Darunnajah. Untuk menjaga jalan aspal tidak cepat rusak, di ujung depan jalan dipasang portal untuk membatasi mobil besar yg akan masuk.
Portal dibuat dari besi tebal, yang dapat dibuka dan ditutup lagi sesuai kebutuhan.
Akhir tahun 1978 kelas 3 SD mengadakan studi tour, rencananya ke Monas dan Musium Gajah. Sebagai guru mata pelajarn IPA saya diajak pula. Tentu saja rasanya senang dapat jalan-jalan gratis.
Mobil yang disewa adalah mobil Colt denga bak tertutup terpal, semacam mobil belanja milik koperasi Darunnajah sekarang.
Pagi itu peserta studi tour masuk ke mobil. Saya kebagian bergelantung di belakang. Dan mobilpun jalan.
Mendekati jalan Ciledug raya terdengar teriakan, "Portal!, portal!" Saya tidak paham apa itu portal. Ternyata kernet mobil itu menarik tangan saya agar kepala saya nunduk.
Saya baru paham, kalau saya tidak nunduk kepala saya bisa hilang terkena portal.
Saya juga baru paham kalau besi yang melintang di atas jalan itu namanya "portal". Maklum saya dari kampung.

Selasa, 27 Maret 2012

Intermeso 13; Cobaan bagi Guru Baru

Akhir tahun 1978, saya guru baru, mengajar di SD Darunnajah. Gedung sekolah yg ada pada saat itu: Gedung Fatahillah I untuk unit pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTs.) dan Madrasah Aliyah (MA), Gedung Fatahillah II untuk Sekolah Dasar (SD), dan Gedung Fatahillah III untuk Taman Kanak-kanak (TK), sudah selesai dibangun dan diresmikan 1979.
Gedung sekolah tiga unit tersebut dibangun Gubernur DKI Ali Sadikin. Setiap unit ditengkapi, kantor, MCK, dan guest house; setiap kelas, selain dilengkapi meja-kursi murid, dilengkapi juga meja guru dan lemari kelas.
Pada suatu hari ketika sedang mengajar di kelas 6, saya ada keperluan ke kantor sebentar dan segera balik lagi ke kelas. Entah kenapa anak-anak di kelas pada tertawa, saya jadi kebingungan. Mungkinkah mereka itu mentertawakan saya? Tiba-tiba lemari kelas terbuka dan seorang murid muncul dari dalam lemari. Semua murid tertawa. Saya pun tdk mau kalah, kali ini saya pura-pura ke kantor lagi sebentar, terus kembali lagi ke kelas. Betul, satu anak tidak ada. Saya pura-pura tidak tahu. Denga tenang lemari saya dekati, dan ... anak kunci saya putar, "klik", lemari terkunci.
Dengan tenang saya melanjutkan menerangkan pelajaran, tetapi seluruh murid di kelas tegang, seakan menunggu apa yg akan terjadi. Setelah beberapa menit, lemari saya buka, dan seorang murid keluar dengan malu-malu, bajunya basah penuh keringat.
Tidak ada murid yg tertawa, semuanya tegang. Dan murid pun minta ma'af. Pak guru kok dilawan. Hari-hari berikutnya suasana mengajar lebih enak, peristiwa seperti itu tidak terjadi lagi.

Rabu, 21 Maret 2012

Intermeso 12: Hidup dengan Memberi Hidup

Kalau Anda ke Kota Menado, di Bandara Sam Ratulangi ada tulisan besar "Sitou Tumo Tumou Tou". Itu semboyan pahlawan Nasional Sam Ratulangi.
Sempat saya tanyakan kepada alumni Darunnajah yg tinggal di kota itu, apa artinya? “Hiduplah dengan menghidupkan orang lain”, katanya.
Kata teman saya yang dari Tegal, mirip dengan semboyan pengusaha Warteg, "Mencari makan dengan memberi makan orang lain".
Coba bayangkan, seandainya di Jakarta ini tidak ada Warteg. Atau coba sekali-kali lebaran jangan pulang kampung, Anda dapat merasakan pada saat para pengusaha warung makan itu sedang pulang kampung.
Sitou Timou Tumou Tou = Manusia hidup untuk memanusiakan manusia lain (Sam Ratulangi). Sam Ratulangi lahir di Tondano pada tanggal 5 Nopember, 1890

Intermeso 11: Hari Ulang Tahun yg Menakutkan

Hari ulang tahun biasanya menggembirakan, terutama bagi anak-anak. Karena pada hari yg ditunggu-tunggu itu, si anak akan mendapat hadiah ulang tahun, atau setidaknya diajak makan di luar, atau cukup dibuatkan nasi kuning.
Bagi anak saya lain, hari ulang tahun malah menjadi hari yang menakutkan. Anak yang belum seminggu duduk di kelas 5 SD, hari itu tidak mau sekolah.
Kenapa?
Hari itu, hari ulang tahunnya. Takut kepalanya di-"ceplokin" telur. Katanya, "Biasanya begitu".
Anak saya, saya rayu untuk sekolah. Akhirnya saya yang kalah. Pada hari ultahnya, tidak masuk sekolah.

Jumat, 16 Maret 2012

Intermeso 10: Ketua KPK Bukan Teknisi Air

Ini cerita dari tetangga, dan sudah diulang beberapa kali.
Sore itu teman saya mau mandi. Bak mandinya kosong dan keran air mati. Maka spotan menelpon Busyro (teknisi air), "Hallo, Busyro, ini air di rumah mati, tolong dibetulin...!" kira-kira begitu bunyi teteponnya.
Yang ditelpon, tidak langsung jawab, dan nampaknya kebingungan. Dan ternyata lawan bicara diujung telepon itu bukan Busyro teknisi air, tetapi M. Busyro Muqoddas, ketua KPK, Komisi Pemberantasan Korupsi. Biasanya panggilan telepon yg masuk ada hubungannya dg korupsi bukan tentang air yg mampet, jelas saja bingung.
M. Busyro Muqoddas memang ada hubungan keluarga dengan tetangga saya, dan saat itu wali santri Darunnajah.
Lain kali menyimpan nomor telpon yg jelas dan mencet tombol HP juga harus hati-hati.

Selasa, 13 Maret 2012

Intermeso 9: Mewaspadai Tamu

Tahun 1978 akhir, saya guru baru di Darunnajah yg mengajar di SD. Teman dekat saya Pa' Muhsinin, selain mengajar, Pa' Sinin juga ditugasi sebagai TU-SD.
Pada saat itu, guru yg mukim di Darunnajah tidak lebih dari 15 orang, dan santri mukim tidak lebih dari 60 orang, itu juga sudah termasuk murid SD yg mukim.
Rapat mingguan diadakan rutin setiap Kamis malam. Di antara pengarahan pimpinan pada salah satu rapat adalah kewaspadaan, "Pesantren ini berada di ibu kota, siapa saja bisa masuk, kita harus waspada terhadap setiap tamu yg masuk"
Suatu sore menjelang Maghrib, Ust Mahrus sedang tidak di rumah, dan Ummi lagi keliling ke asrama. Tiba-tiba ada tamu suami-istri nyelonong masuk ke rumah Ust Mahrus, dan saya tanya, "Bapak ini siapa?, tolong tunggu di sini!"
Bapak itu menjawab, "Saya sering ke sini!?" Sambil terus masuk ke rumah belakang dan ke kamar mandi. Nampaknya tamu tadi mau berwudhu.
Begitu Ummi datang saya kabari kalau ada tamu terus saja masuk ke rumah Ummi. Umi menjawab, "Oh, Pak Hafizh?!" Tapi saya belum paham, siapa itu Pak Hafizh.
Belakangan saya baru tahu, Pak Hafizh itu salah seorang pengurus YKMI (sekarang Yayasan Darunnajah) sebagai Sekretaris Umum.

Intermeso 8: Para Perawi Hadits

Saat libur Idul Fitri, pesantren sepi, karena para santri dan guru-gurunya pulang kampung. Untuk itu, sejak tahun 2007 diatur piket Syawal yang bertugas terutama pada tanggal 20 Ramadhan sampai 10 Syawwal.
Seperti tahun lalu, peserta piket Syawal terdiri atas beberapa komponen; Tim-19, guru TMI, guru SD, guru TK, guru baru, mahasiswa baru, Ashabunnajah baru, dan karyawan.
Untuk karyawan juga terdiri atas beberapa komponen, di antaranya dari dapur ada tiga orang.
Yang dari dapur, secara kebetulan namanya bagus-bagus: Imam Bukhori, Muslim, dan Tarmudi (mungkin maksudnya Turmudzi). Namun para pembaca jangan salah, mereka itu bukan para perawi Hadits, tetapi mereka itu punya keahlian khusus yaitu memasak nasi.
Ada yg tanya ke kepala Biro Rumah Tangga, “Kenapa nama-nama yg bagus itu ditempatkan di tempat yg sama?”. Ada juga nama-nama yang sama: Khairuddin, jumlahnya ada tiga orang, semuanya ditempatkan di Satpam.

Intermeso 7: Menjadi Anak Saleh

Istri salah seorang teman kami melahirkan, maka sebagai rasa bahagia, saya bersama teman-teman menengok bayi tersebut di rumahnya.
Setelah ngobrol ngalor-ngidul, menanyakan berbagai hal; kapan lahir, berapa berat badan, dsb, dan tentu saja setelah minum dan makan kue, kami permisi pulang sambil mendo'akan, "Semoga menjadi anak saleh".
Selama dalam perjalanan pulang, di antara teman kami ada yg nyeletuk, "Sebenarnya tadi tidak usah didoakan menjadi anak saleh, pasti menjadi anak saleh"
"Kenapa?" tanya saya.
"Karena orang bapaknya bernama Saleh"
Mohon maaf, jika ada persamaan nama, itu hanya kebetulan saja.

Senin, 12 Maret 2012

Pohon Sawo di Depan Masjid

Pohon Sawo di Depan Masjid
Intermeso 6

Untuk meluruskan shaf shalat, biasanya imam mengingatkan jama'ah dg kalimat, "Sawwuu, shufufakum fainna taswiyatasshufufi min tamamis shalah!". 

Atau sering disingkat, "Shawwu!", bahkan karena terlalu sering diucapkan, huruf u terdengar seperti huruf o, "Shawwo!".
"Shawwo, shawwo!", maka tidak aneh kalau di Jawa Timur, di depan masjid biasanya ditanam pohon "sawo".

Maksudnya disuruh lurus, bukan disuruh tanam pohon sawo. Di depan Masjidil Haram (Makkah) dan Masjid Nabawi (Madinah) saja tidak ditanam pohon sawo.

Khatib di Balik Kelambu

Khotib di Balik Kelambu
Interneso 5

Pada tahun 2006, kami mengunjungi Pulau Tidore.

Sore itu kami mengelili pulau yang tidak terlalu besar. Pulau yang dijuluki  Seribu Masjid itu memang banyak masjidnya. Di sepanjang pantai banyak berdiri masjid dengan bebagai gaya arsitekturnya.

Menjelang waktu Maghrib, orang-orang berhamburan menuju masjid. Sehingga sepanjang jalan aspal yang terlihat adalah jama'ah yang menuju masjid. Yang putra berbaju koko, yang putri bermukena.

Di Pulau Tidore  ada masjid bagus, ma'af namanya lupa. Mimbar tempat berkhutbah ditutup kelambu, sehingga saat khatib berkhutbah tidak kelihatan orangnya.

Kenapa demikian? Konon melaksanakan pepatah yg mengatakan "Unzhur ma qal, wa la tanzhur manqal" (Lihatlah perkataannya, jangan melihat yg berkata).

Dari pada sulit melarang orang untuk melihat khatib, lebih praktis yg berkhutbah saja yang ditutup kelambu.

Minggu, 11 Maret 2012

Intermeso 4: Masjid atau Lapangan

Ini cerita dari guru saya, pada tahun 1972, di kampungnya di kota T ada dua aliran tentang shalat Ied. Aliran yang satu berpendapat, shalat Ied bagusnya di lapangan supaya lebih syi'ar, aliran yg kedua bilang, selama ada masjid baiknya di masjid.
Maka pada pagi-pagi buta ada yg sengaja menyiram masjid supaya semua warga shalat di lapangan.
Ternyata pada hari itu cuaca tidak mendukung, pagi itu hujan lebat. Maka, kedua aliran itu tidak shalat Ied.

Cerita dari teman saya lebih seru lagi. Supaya tidak salat di lapangan, maka seminggu sebelum lebaran, lapangan itu dijadikan tempat menggembala kerbau, yg menjadikan lapangan itu penuh dengan "bintang lapangan" (ma'af kotoran binatang), sehingga semua orang akan shalat Ied di masjid.

Haram Merokok

Intermeso 3; Haram Merokok

Di kota Suci Mekah dan Madinah, istilah haram lazim dipakai untuk menyebut Masjidil Haram atau Masjid Nabawi.

Menjelang waktu salat, orang-orang berduyun-duyun pergi ke masjid, mobil umum juga menawarkan jasa angkutan ke masjid dengan teriakan khasnya "Haram!, haram!"

Adalah seorang jama'ah berjalan kaki menuju masjid sambil merokok. Maka lewatlah mobil umum dg kernetnya teriak2, "Haram!, haram!" sambil tangannya menunjuk ke arah orang itu, maka dibuanglah rokok yang sedang diisap di mulutnya.

Disangkanya "haram" (dilarang) merokok, tahunya ditawari ke "haram" (masjid).